Selamat Datang di Web:

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA
BULULAWANG-MALANG-JAWA TIMUR

Sunday, 18 January 2015

Peringatan Haul apakah tradisi Islam?

         
Ba'do Mulud orang jawa bilang, bulan ini sering kita jumpai Haul Sulthonul Auliya' Syekh Abdul Qodir Al-Jilani, RA, dan atau sering kita menjumpai  peringatan khaul di Pondok Pondok pesantren, sebagai orang NU bagaimana supaya kita tahu dalil-dalil untuk hal tersebut.
           Kata “haul” berasal dari kata bahasa Arab, artinya setahun. Peringatan haul berarti peringatan gena satu tahun. Peringatan ini bagi keluarga siapa saj, tidak terbatas pada orang orang NU saja tetapi bagi orang orang NU haul terasa lebih agamis ketimbang orang jawa yang menyelenggarakannya. Gema haul akan terasa dahsyat jika yang meninggal itu seorang tokoh kharisatik, Ulama besar, Pendiri Pesantren, Dst.
Selama ini, sering kita dengar haul yang di selenggarakan di Banten, Serang, jakarta, Bandung, Cirebon, tegal , Pekalongan, Smarang, Jokjakarta, Solo , Surabaya, Banyuwangi, Samarinda, banjarmasin, Manado, Aceh, bahkan di Papua. Inti acaranya adalah ziarah kubrrangkaian caranya dapat bervariasi; adapengajian, Tahlil Akbar, mujahadah, musyawarah, halaqah dsb. Yang hadir akan sangat di pengaruhi oeh besar kecil tingkat ketokohannya kalau tingkat nasional, tentu lebih banyak yang hadir ketimbang tingkat bawhnya. Sangat bisa dipastikan ribun orang yang hadir itu 99% dari warga NU dari tingkat Akar rumput sampai kyai dan Ulama. Kalaulah ada “warga lain”, mungkin sifatnya Undangan, atau mereka yang simpati dengan acara haul. Dari  sini dapat diketahui bahwa “ Ikatan batin” sebenarny telah menorong mereka untuk berpayah payah hadir.
Dengan kehadiran warga yang ribuan itulah para penyelenggara memandang perlu diadakan sebagai majelis santapan ruhani. Boleh jadi mereka berbalik : yang terpenting adalah mendengarkan mau’izah hasanah diacara pengajian itu ketimbang ziarah ke makam yang bersangkutan toh disana ( dalam pengajian itu ) ada petuah dan nasehat misallnya tentang mati… dst. Peringatan ini di dasarkan pada hadist nabi, pertama:
Rasulullah berziarah kemakam para syuhada (oran orang yang mati Syahid) dalam perang Uhud dan makam keluara Baqi’ ; di mengucapkan salam dan mendoakan mereka atas amal amal yang mereka kerjakan. (HR Muslim, Ahmad Dan Ibnu Majah).( Hujjah Ahlussunnah wal Jama’ah, Juz I, hlm. 37)
                                                                                            
 Dalil kedua dan ketiga
Al-Waqidi berkata Rasulullah mengunjungi makam para pahlawan uhuda setiap setahun. Jika telah sampai di Syiib (tempat makam mereka), Rasulullah agak keras berucap assalamualaikum bima shobartum fani’ma uqba ad-dar ( semoga kalian selalu mendapatkan kesejahteran dan kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh, akhirat merupakan tempat yang paling nikmat). Abu Bakrm Umar, dan Utsman juga melakukan hal yang serupa.(Nahj al-Balaghah, hlm. 394-396) Sampai redaksi… dalam manakib sayyid ash-syuhada’ hamzah bin Abi thalib yang ditulis Sayyid ja’far al-Barzanjy, ia berkata: rasulullah mengunjungi makam syuhada’ uhud pada setiap awal tahun. (al-Kawakib al-Durriyah, Juz I hlm. 32)


Dalil kempat :

Memperingati hari wafat para wali dan para ulama termasuk amal tidak dilarang agama. Karena peringatran itu biasanya mengandung sedikit tiga hal: ziarah kubur, sedekah makanan dan minuman, dan keduanya tidak dilarang agama. Sedang unsur ketiga ada acara baca al-Quran dan nasihat keagamman. Kadang di tuturkan manakib (biografi) orang yang telah meninggal. Cara ini baik untuk mendorong orang lain agar mngikuti jalan terpuji yang tlah dilakukan si mayit, sebagai mana telah di sebutkan dalam kitab fatawa al-Kubro, juz II Ibnu Hajar, yang teksnya sebagai berikut : Ungkapan terperinci dalam al_ubab adalah haram meratapi mayit sambil menangis seperti diceritaan dalam kitab al-Adzkardan di pedomani dalam majmu’ al-Asnawi membenarkan cerita ini … samapi perkataan… kecuali euturan biografi orang lain yang warai yang sholeh guna mendorong irang mengkuti jalannya dan berbaik samgka dengannya. Juga agar orang langsung berbuat taat,melakukan kebaikan seperti jalan yang dilalui Almarhum inilah sebabnya beberapa sahabat dan Ulama melakukan hal ini sekian kurun waktu tan pa ada yang mengingkarinya.(al-Fatawa al-Kubra, Juz II, hlm. 18: Ahkam al-Fuqaha’, Juz III/41-42)

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys